Gunung parang, memang terkenal di kalangan pemanjat sebagai salah satu spot untuk rock climbing. Tapi ada yang beda dengan gunung parang sekarang. Di gunung parang, tepatnya di tower 3, sekarang dipasangi ferrata. Ferrata sendiri berasal dari bahasa italia, yang artinya tangga besi. Ferrata ini dipasang di gunung parang supaya olah raga rock climbing ini bisa dinikmati oleh semua orang, yes, semua orang, gak hanya para climber profesional saja.

Untuk bisa manjat di gunung parang melalui ferrata ini, saya menghubungi operatornya langsung, yaitu kang Baban. Yang saya dapat infonya dari akun instagram nya : @gunungparang_badega. Kang Baban menjelaskan cara menuju ke lokasi dengan mengirimkan foto base camp, dan juga link google maps gunung parang.

Ada 3 ketinggian yang bisa kita pilih, 250 meter, 300 meter dan 900 meter. Atas saran kang Baban, saya pun pilih yang ketinggian 300 meter. Karena katanya kalo 250 meter, kurang puas. Lagian di ketinggian 300 meter ini, kita naik dan turun melalui jalur yang berbeda. Selain rock climbing, ada beberapa paket yang disediakan kang Baban. Setelah pengalaman kemarin, mungkin lebih baik ambil paket menginap saja, supaya bisa start dari pagi.

Sebelum rock climbing disini, Olong sudah beberapa kali wall climbing (indoor). Kemudian, saya coba tanya, apa dia mau coba rock climbing yang real, dia bilang mau. Jadi pagi itu, saya bangun pagi, siap – siap, kemudian bangunin Olong. Kami pun berangkat jam 7 pagi dari rumah. Menurut google maps, kami akan tiba dalam waktu 3 jam 30 menit. Tapi nyatanya, jalan tol pagi itu luar biasa macet. Baru setelah karawang, jalanan tol lancar. Selain itu, kami juga sempat nyasar, jadi total perjalanan kami adalah 5 jam!! Untungnya hari itu, tidak ada panas matahari sama sekali, tidak juga mendung, pokoknya adem banget. Padahal kami start mendaki itu jam 1 siang.



Bisa dibilang pendakian kami berjalan sangat lancar. Olong sempat tidur siang dimobil sehingga mood dia lagi bagus banget. Beberapa kali saya tanya, apakah Olong mau turun atau mau lanjut, Olong selalu jawab, mau lanjut sampai puncak 🙂 Walaupun kita memang banyak berhenti, karena Olong cape. Setelah sampe puncak 300 meter, rute berubah menjadi miring, mulai dari sini dan perjalanan kebawah, Olong digendong. Karena Olong sudah cape, dan memang, perjalanan turun, jauh lebih susah. Even my feet were shaking! Tapi puji Tuhan, kami sampai di bawah dengan selamat. Ngomong – ngomong soal selamat, untuk mendaki melalui ferrata ini kami dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dengan prosedur memanjat. Harness, double carabiner, dan juga helmet. Ga lupa guide yang berpengalaman dong. Thanks to kang Baban, yang udah sukses jadi guide kita, plus porternya Olong!




Sampai dibawah, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, saya pun membatalkan niat untuk mandi dulu, walaupun udah super lepek, supaya saya bisa mencapai tol sebelum hari gelap. Karena jalanan menuju gunung parang ini adalah jalanan desa, tanpa lampu jalan. Untungnya perjalanan pulang lancar jaya. Jam 10 malam, kami sudah sampai dirumah dengan selamat.
tacang dan olong, keren banget sih kamu!
LikeLike
Makasih tante Bon!!
LikeLike
terima kasih ceritanya sungguh bermanfaat 🙂
LikeLike
sama-sama, seneng kalo bisa bermanfaat
LikeLike